FAQ Travel – Berwisata itu tidak ada pakem khusus, Ada banyak sekali cara dan gaya yang biasa dilakukan saat kita berwisata, yang paling umum istilahnya adalah “piknik” satu kata ajaib yang bisa membangkitkan gairah ketika masih duduk dibangku sekolah. Tidak hanya di sekolah, piknik juga biasanya menjadi istilah populer dilingkup keluarga, yah piknik memang berkesan sih karena bisa pergi rame-rame bareng keluarga dan kita juga nggak perlu repot urusan bekal, tempat tinggal atau transportasi, karena biasanya sudah ada yang ngatur.
Menginjak usia remaja menuju dewasa aktivitas piknik intensitasnya sudah berkurang diganti dengan backpacking atau traveling, nah ini lah yang akan kita bahas pada artikel kali ini, Traveling Ala Naked Traveler. Artikel ini saya tulis berdasarkan pada film garapan Rizal Mantovani yang berjudul Trinity Nekad Traveler, kebetulan juga film ini diangkat dari sebuah buku yang diterbitkan oleh travel blogger dengan judul yang sama. Menurut saya ada beberapa gaya yang bisa dicermati dari cara traveling ala Naked Traveler ini yang bisa kita tiru.
Dalam film yang dibintangi oleh Maudy Ayunda ini menceritakan juga pengalaman dari berburu tiket murah, tepatnya tiket pesawat penerbangan rute Jakarta-Lampung. Dalam momen-momen tertentu harga tiket pesawat ternyata bisa lebih murah dari harga tiket di hari biasa, misalnya saja saat kita membeli tiket pada event midnight sale. Apa itu midnight sale? Sesuai dengan namanya penjualan tiket pesawat ini dilakukan mulai tengah malam atau pukul 00.01 waktu setempat. Jadi untuk memburu tiket midnight sale ini kita harus bisa stay awake sampai tengah malam, jangan lupa juga persiapkan koneksi internet yang stabil serta metode pembayaran yang bisa dieksekusi sebelum batas waktu pembayaran berakhir.
Selain urusan tiket, dari film Naked traveler ini kita juga bisa belajar untuk menikmati tempat wisata secara langsung tanpa harus terganggu dengan adanya kamera. Ini memang agak sulit sih, terutama bagi blogger atau instagramers yang sudah terbiasa ambil foto disana-sini, saya sendiri juga masih susah untuk bisa lepas dari kamera saat berada di tempat wisata, nah jangan sampai anda menyesal ketika sudah waktunya pulang tetapi rasanya belum puas menikmati objek wisatanya.
Dari film ini kita juga bisa tau, untuk traveling itu memang nggak perlu direncanakan sedetail-detailnya. Di awal-awal tokoh utamanya fokus melakukan traveling sesuai dengan bucket list yang sudah ada, hasilnya sudah bisa ditebak dong? saat sampai di tujuan dia lebih mementingkan untuk memenuhi bucket listnya daripada menikmati kebersamaan bersama teman-temannya. Ini tentu saja nggak bagus kalau kita sudah sepakat traveling bareng-bareng, kalau sendirian sih oke lah ya.
Yang terakhir yaitu manfaatkan pengalaman serta momen traveling sebagai salah satu cara untuk berbagi kepada orang lain, berbagi itu nggak harus berupa materi tapi bisa juga berupa cerita pengalaman dan juga kesan yang kita dapat selama traveling di suatu lokasi wisata. Dengancara ini kita juga bisa dapat bayaran loh, caranya dengan menjadi travel blogger yang tulisannya dikirim ke majalah travel atau surat kabar, kalau misalnya tulisan kita belum diterima kita bisa muat tulisan tersebut di blog atau website, nah kalau dirasa sudah cukup bisa dibuat jadi buku deh seperti yang dilakukan oleh Mbak Trinity ini, asik kan?