Gejala difteri mungkin menjadi salah satu penyakit yang cukup serius pada anak dan perlu segera diobati. Hal ini dikarenakan penyakit ini dapat menular cepat hanya melalui kontak fisik dengan penderita difteri, barang-barang yang terkena kontaminasi bakteri ataupun terkena percikan ludah yang berasal dari bersin dan batuk yang tak sengaja terhirup. Difteri adalah salah satu penyakit yang menyerang selaput lendir hidung serta tenggorokan yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheria. Dan penyakit ini bisa menyerang siapapu, bahkan termasuk anak-anak
Namun sayangnya, masih banyak orang tua yang mungkin belum mengetahui bagaimana gejala difteri dapat terjadi pada anak. Akibatnya penanganan difteri pada anak bisa terlambat dan menyebabkan kondisinya semakin parah. Karena itulah penting bagi orang tua untuk mengetahui gejala-gejala difteri pada anak.
Gejala difteri biasanya muncul pada 2-5 hari setelah penderita terinfeksi. Sebagian penderita dapat menunjukkan gejala apapun, namun sebagian lainnya hanya menunjukkan gejala ringan seperti flu biasa. Gejala difteri yang paling sering terjadoi adalah terbentuknya lapisan abu-abu yang tebal di bagian tenggorokan dan amandel. Selain itu gejala lainnya yang dapat terjadi adalah:
- Demam
- Hidung meler
- Sakit tenggorokan
- Sulit bernapas
- Suara mengalami serak
- Kesulitan menelan
- Radang tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar pada leher dan langit-langit mulut
- Meningkatnya deak jantung
- Suara nyaring terdengar ketika bernapas
- Batuk yang keras
- Perubahan pada penglihatan
- Bicara yang jadi melantur
- Perasaan kurang nyaman
- Tanda-tanda shock, seperti berkeringat, kulit pucat dan dingin, serta masih banyak lainnya
Apabila gejala-gejala diatas terjadi pada anak anda, maka segera periksakan anak ke dokter agar segera mendapatkan penanganan yang tepat sebelum munculnya komplikasi yang lebih lanjut. Komplikasi yang diakibatkan karena difteri dapat sangat berbahaya. Termasuk terjadi peradangan pada otot dan katup jantung, saluran pernapasan tertutup selaput di tenggorokan, hingga gangguan irama jantung yang bisa mengancam nyawa.
Cegah Difteri Dengan Vaksin
Difteri sebenarnya dapat dicegah dan ini menjadi tugas dari para orang tua untuk memberikan vaksin kepada anak. Melalui vaksin difteri yang diberikan pada vaksinisasi DPT (difteri, pertussis, dan tetanus), anda bisa mencegah anak mengalami difteri. Vaksinasi ini diberikan 5 kali kepada anak yang berusia 2-6 tahun. Yaitu saat menginjak usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, serta 5 tahun.
Tak hanya anak saja, vaksin difteri juga dapat diberikan orang dewasa dan sebaiknya tetap dilakukan. Mengingat pada sebagian besar kasus difteri pada orang dewasa dapat terjadi ketika orang tersebut belum sama sekali pernah menerima vaksin. Dan yang perlu diketahui adalah vaksin difteri hanya bisa bertahan dalam kurun waktu 10 tahun. Sehingga anak perlu mendapatkan vaksin kembali saat menginjak usia 112 tahun. Bagi orang dewasa disarankan untuk mendapatkan vaksin difter, tetanus, dan pertusis sebanyak 1 kali. Kemudian ulang lagi pemberian vaksin setiap 10 tahun.
Lalu apakah ada efek dari pemberian vaksin difteri? Meskipun sebagian besar anak mempunyai toleransi yang cukup baik dengan vaksin difteri namun terkadang pemberian vaksin bisa menyebab efek samping ringan. Mulai dari kemerahan, demam ringan, nyeri di tempat bekas suntikan, dan masih banyak lainnya. Meskipun jarang, namun bisa terjadi pula komplikasi berat seperti reaksi alergi.
Gejala difteri pada anak menjadi salah satu yang cukup serius dan perlu mendapatkan penanganan segera. Jangan biarkan gejala ini terus berlarut-lartu terjadi agar tidak menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk anda.